Belajar Bangkit dari Kekecewaan ala Boruto: Naruto The Movie



Setelah episode Naruto tamat, serial Naruto masih berlanjut dengan tokoh utama Boruto. Dia adalah putra pertama Naruto dengan Hinata. Boruto pun mengawali serial movie yang telah rilis sejak 2015 lewat. Meski telah lima tahun lewat, movie ini bikin para penggemar bangga. Dan bahkan ada sedikit banyak fans berkomentar ini adalah movie terbaik pertama era Boruto.

Ada banyal hal yang bisa dikaitkan pada dunia nyata. Movie keluarga ini banyak meninggalkan pesan secara tidak langsung. Salah satunya, setiap orang perlu berkontribusi bagi negaranya. Dalam movie ini dicontohkan oleh aksi Sasuke. Meski dianggap penghianat oleh warga, dan Sasuke bisa ke Konoha dengan sembunyi-sembunyi, ia tetap bekerja keras melindungi negaranya.

Sasuke berkelana menyusuri ruang dan waktu demi mencari tahu sosok Otsutsuki. Ketika movie diputar, penonton akan disuguhkan konflik pertarungan Sasuke dengan Momoshiki. Setelah Sasuke berhasil mendapatkan informasi yang sedang dicarinya, dia kembali ke Konoha menemui Naruto di kantor Hokage. Sayangnya, gulungan yang dia dapatkan tidak mampu dibaca dengan kemampuan Rinnegannya. Lalu mereka bawa ke petugas penerjemah.

Penjajahan memang sudah dihapuskan. Kedamaian antar negara telah terbangun, bahkan sudah banyak melakukan kerja sama antar negara. Akan tetapi, petugas atau agen khusus harus terus ada. Menyusuri bibit-bibit yang memicu perperangan terjadi, dan mencegahnya. Mereka harus selalu bekerja untuk melindungi negara. Sehingga, kedamaian bakal terus terjaga. Jika di dunia nyata, bisa disebut intelijen.

Di movie ini, kisah Boruto mengilustrasikan zaman berkembang dengan adanya alat ninja. Tapi itu bukan berarti solusi, justru malah jadi masalah serius. Awalnya, Konohamaru memakai alat ninja untuk menangkap hewan buas yang lepas. Dengan alat itu, dia mampu menggunakan justu bayangan yang seharusnya menjadi jutsu rahasia klan Nara. Di saat itu juga, dia mengenalkan alat ninja kepada tiga muridnya, bahwa alat ninja itu mampu menyimpan berbagai jutsu.

Semacam gadget, banyak berguna, tetapi banyak kejahatan karena kecanggihan gadget. Jika tidak berada di tangan yang tepat, akan menimbulkan sesuatu yang tidak baik. Sebagaimana kalimat masyhur; jika diserahkan bukan kepada ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Benar, bukan? Gadget jika tidak diberikan kepada tangan yang tepat, bisa mengakibatkan masalah. Bahkan bisa menjadi masalah serius.

Contoh kecil, anak SD sudah dikenalkan gadget sejak TK oleh kedua orang tuanya. Setiap hari memegang HP. Lama-lama bisa kecanduan game, atau nonton video di Youtube. Sampai-sampai waktu belajarnya berkurang. Anak-anak sekarang juga banyak yang lebih memilih mabar di warung kopi, dibanding menghabiskan waktu makan bersama dengan orang tua dan keluarga.

Selanjutnya, semakin sukses semakin sibuk yang ditunjukkan oleh tokoh Naruto. Dia sukses meraih mimpi sejak kecilnya untuk menjadi Hokage. Sukses menjadi Hokage dan menjadi tokoh penyelamat di perang membuatnya mengurus banyak hal, bahkan sampai ke negara lain. Setiap hari Naruto duduk di kantor Hokage. Hal itu membuat anaknya, Boruto, kesal dengan sang ayah. Sebab, ayahnya tidak punya banyak waktu, bahkan untuk melatih Boruto. Seharusnya, sesibuk apapun, luangkan waktu untuk keluarga.

Orang tua harus mempunyai waktu mengurus anak. Meski pun telah mempercayakan orang lain mengasuh, kedekatan orang tua dengan anak sangatlah penting, termasuk bagi spikologis anak. Meski Boruto dibimbing oleh Konohamaru, cucu dari Hokage ketiga, Boruto tetap membutuhkan sosok ayah hadir menemani hari-harinya. Orang tua adalah guru pertama anak.

Ada lagi, di movie diceritakan belajar dengan sungguh sungguh untuk menggapai impian. Boruto berlatih rasengan. Lalu menjadi murid Sasuke. Di situ, kita bisa melihat betapa keras Boruto berjuang demi menjadi murid Sasuke. Boruto melakukan latihan di bawah arahan Konohamaru sebelum diterima oleh Sasuke.

Pagi-pagi buta bahkan Boruto sudah membangunkan Konohamaru. Boruto berlatih menguasasi jutsu rasengan, di mana jutsu itu Minato membutuhkan 4 tahun untuk menyempurnakannya. Singkat cerita, Boruto berhasil menguasasinya. Bahkan jurus itulah yang mengalahkan Otsutsuki Momoshiki.

Selain itu, movie itu mengajarkan jangan berbohong. Ini adalah pendidikan karakter kepada anak. Boruto curang dengan alat ninja bukan malah menggunakan jutsu saat ujian chunin. Akhirnya ikat kepalanya dicopot Naruto. Awalnya, Boruto belum ketahuan siapa-siapa, bahkan rekan setim Boruto sendiri. Setelah itu, Boruto semakin percaya diri dengan alat ninja di tangannya. Dan dipakailah kembali saat ujian tarung satu lawan satu. Tetapi akhirnya kebohongan Boruto terungkap. Kebohongan itu pasti akan terungkap, tinggal tunggu waktunya saja.

Terakhir, dalam pertarungan melawan Otsutsuki, mengajarkan seorang anak untuk selalu bangga kepada sang ayah. Di situ, Boruto awalnya marah kepada ayahnya. Bagi Boruto, sosok ayahnya itu payah, karena hanya bisa duduk di kantor Hokage. Tidak seperti shinobi lain, yang bertempur dan beraksi setiap hari. Tetapi Boruto menangis ketika melihat ayahnya beraksi menyelamatkan seluruh penduduk Konoha.

Boruto nampak kesal pada dirinya sendiri karena telah menyangka ayahnya begitu payah. Dan di sinilah para penonton baper mendapati adegan Boruto menangis. Pas di akhir, Naruto dan Sasuke memperlihatkan kekuatan ultimate mereka. Boruto pun kagum dan heran, kalau sang ayah mempunyai kekuatan sebesar itu. Dan setelah itulah, Boruto bangga dengannya, dengan jabatan Hokage milik ayahnya, meski Boruto tidak ingin menjadi Hokage.

"Bagaimana ayahku bisa meraih itu?"

Boruto menanyakan cara ayahnya memperoleh kekuatan sebesar itu kepada Sasuke. Lalu, Boruto mengingat cerita Sasuke semasa latihan. Sasuke menceritakan kisah Naruto sewaktu kecil. Bahwa Naruto adalah pecundang, orang lemah, dibenci oleh penduduk desa Konoha. Tetapi, Naruto terus berjuang. Naruto terus berlatih. Hingga akhirnya, sekarang Naruto menjadi orang paling disukai dan diidolakan oleh para penduduk Konoha.

Posting Komentar

0 Komentar