Aliran Rasionalisme


APA ITU RASIONALISME?

Secara etimologi rasionalisme berasal dari kata bahasa inggris rationalism, yang barakar dari kata bahasa latin ratio yang artinya akal. Rasionalisme adalah paham filsafat yang menyatakan bahwa akal (reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan. Menurut aliran rasionalis, suatu pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir.

SEJARAH ALIRAN RASIONALISME

Tahapan sejarah pemikiran filsafat modern dibagi menjadi tiga periode, yakni zaman kuno, pertengahan, dan modern. Ciri filsafat modern salah satunya menghidupkan kembali rasionalisme. Filsafat modern dimulai dari adanya tiga aliran yaitu, aliran rasionalisme, aliran empirisme, dan aliran kritisme. Ketiga aliran ini, merupakan aliran yang muncul setelah pemikiran Renaissance. Ketiga aliran tersebut terbentuk aliran tersendiri yang saling bertentangan dikarenakan kecenderungan sumber pengetahuan manusia yang berbeda-beda, baik itu akal maupun pengalaman.

Sejarah rasionalisme sudah tua sekali. Thales telah menerapkan rasionalisme dalam filsafatnya. Ini dilanjutkan dengan jelas sekali pada orang-orang sofis dan tokoh-tokoh penentangnya (Socrates, Plato, Aristoteles), dan juga beberapa tokoh sesudah itu (lihat Runes, 1971:275). Pada Zaman Modern filsafat, tokoh pertama rasionalisme ialah Descartes yang dibicarakan setelah ini. Bersamaan dengan itu akan dibicarakan juga tokoh besar rasionalisme lainnya, yaitu Baruch Spinoza dan Leibniz. Setelah periode ini rasionalisme dikembangkan sempurna oleh Heges yang kemudian terkenal sebagai tokoh rasionalisme dalam sejarah. 

Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertrand Russel, anggapan itu memang benar. Kata “Bapak” diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada Zaman Modern itu yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan akliah. Dialah orang pertama di akhir Abad Pertengahan itu yang menyusun argumentasi yang kuat, distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, bukan yang lainnya.

TOKOH-TOKOHNYA

  1. Descartes (1596-1650); lahir pada tahun 1596 di inggris dan meninggal tahun 1650. Descartes merurakan “Bapak” filsafat, karena dalam filsafat ia bersungguh-sungguh dalam melakukan penelitian atau penyelidikan yang mendalam. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, maupun dalam kedokteran. Ia yang mendirikan aliran Rasionalisme dikarenakan sumber pengetahuan yang bisa diterima ataupun dipercaya adalah akal (rasio). Descartes menginginkan cara baru dalam berfikir, dalam berfikir yaitu pemikiran yang pasti yang ada keragu-raguannya. Ia ragu-ragu karena untuk mencapai kepastian, karena ragu-ragu itu merupakan suatu cara untuk berfikir. Metode tersebut disebut Cogito Descartes.
  2. Spinoza (1632-1677); nama aslinya adalah Baruch Spinoza, namun setelah mengucilkan diri namanya berubah menjadi Benedictus De Spinoza. Beliau keturunan yahudi di  amsterdam. Spinoza berpendapat hampir sama dengan Descartes, karna beliau hanya melanjutkan pemikirannya saja. Namun, Spinoza berpendapat bahwa dia tidak mempercayai tuhan yahudi, kristen, dan islam. Tuhan yang dimaksudkan Spinoza ialah alam semesta.
  3. Leibniz (1646-1716); lahir di Jerman pada tahun 1646 dan meninggal pada tahun 1716. Ia seorang filosof fisikawan, matematikawan, dan sejarawan. Metafisika Leibniz sama memusatkan perhatian pada subtansi. Bagi Spinoza, alam semesta ini mekanistis dan keseluruhannya bergantung pada sebab, sementara subtansi pada Leibniz adalah hidup, dan setiap sesuatu terjadi untuk satu tujuan. Penuntun prinsip filsafat Leibniz ialah “prinsi akal yang mencukupi”, yang secara sederhana dapat dirumuskan “sesuatu harus mempunyai alasan”. Bahkan Tuhan harus mempunyai alasan untuk setiap yang diciptakannya. Kita lihat bahwa prinsip ini menuntun filsafat Leibniz. Sementara Spinoza berpendapat bahwa hanya ada satu subtansi, sedangkan Leibniz berpendapat bahwa subtansi itu banyak.

KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
  • Kelemahan; adalah doktrin-doktrin filsafat rasio cenderung mementingkan subjek daripada objek, sehingga rasionalisme hanya berfikir yang keluar dari akal budinya saja yang benar, tanpa memerhatikan objek-objek rasional secara peka. Memahami objek di luar cakupan rasionalitas sehingga titik kelemahan tersebut mengundang kritikan tajam, sekaligus memulai permusuhna baru dengan sesama pemikir filsafat yang kurang setuju dengan sistem-sistem filosofis yang subjektif tersebut
  • Kelebihan; adalah mampu menyusun sistem-sistem kefilsafatan yang berasal dari manusia. Umpamanya logika, sejak zaman Aristoteles, kemudian matematika dan kebenaran rasio diuji dengan verifikasi kosistensi logis. Dalam menalar dan menjelaskan pemahaman-pemahaman yang rumit, kemudian rasionalisme memberikan kontribusi pada mereka yang tertarik untuk menggeluti masalah-masalah filosofi. Rasionalisme brfikir menjelaskan dan menekankan kala budi sebagai karunia lebih yang dimiliki oleh semua manusia.

Posting Komentar

0 Komentar